KEAMANAN PANGAN HEWANI: Tinjauan Lengkap tentang Mikotoksin

Penulis

Erma Safitri
Hery Purnobasuki
Tita Damayanti Lestari
Suzanita Utama
Tri Wahyu Suprayogi
Supriyadi S.KH
Gabriel Sampe Pasang
Siti Darodjah Rasad
Universitas Padjajaran
##plugins.pubIds.doi.readerDisplayName## https://doi.org/10.20473/aup.1610

Kata Kunci:

mikotoksin, kontaminasi mikotoksin, bahaya mikotoksin, jenis kapang, patologi veteriner, keamanan pangan

##submission.synopsis##

Isu Health and Food Security saat ini merupakan topik dari salah satu fokus yang perlu dibahas agar tercapai kesehatan dan keamanan pangan, baik bagi hewan maupun manusia yang mengonsumsi. Seperti diketahui bahwa kesehatan manusia tidak terlepas dari keamanan pangan dari produk asal hewan, demikian produk hewan yang sehat tersebut juga dipengaruhi oleh lingkungan yang sehat, yang tidak terkontaminasi toksin biologis (biotoksin) atau dikenal sebagai mikotoksin. Kontaminasi pada bahan pangan atau pakan ternak dari biotoksin alami yang dihasilkan oleh mikroba dapat mengakibatkan wabah penyakit. Di antara beberapa mikroba seperti fungi, termasuk jamur atau dikenal juga dengan sebutan cendawan atau kulat termasuk kapang (jamur multiseluler) dianggap penting karena distribusinya yang sangat luas. Pada bab-bab selanjutnya pada buku ini, mikroba penghasil mikotoksin tersebut akan disebut sebagai kapang. Kapang memiliki kemampuan untuk berkembang, berkoloni, dan memproduksi mikotoksin baik di fase prapanen (di area pertanian) maupun di tahap pascapanen (proses penyimpanan, pengiriman, dan pengolahan). Perlakuan dalam proses panen, pengeringan, pengemasan, dan penyimpanan, ditambah dengan kondisi transportasi yang kurang memadai, berkontribusi pada pertumbuhan jamur dan meningkatkan kemungkinan produksi mikotoksin. Koloni jamur dapat memproduksi toksin yang berdampak pada kesehatan manusia dan hewan peliharaan ketika produk yang dikonsumsi terinfeksi oleh jamur atau toksin yang dihasilkannya.

Unduhan

Data unduhan belum tersedia.

Referensi

Abd El-Tawab, AA; El-Diasty, EM; Khater, DF; Al-baaly, YM Identifikasi mikologi beberapa jamur yang diisolasi dari produk daging dan rempah- rempah dengan identifikasi molekuler beberapa isolat Penicillium . Adv. Anim. Vet. Sci. 2020, 8, 124–129.

Abdel-Wahhab MA, Kholif AM. 2008. Mikotoksins in animal feeds and prevention strategies: A review. Asian J Anim Sci. 2:7-25.

Abbas, H. K. (Ed.). (2005). Aflatoxin and food safety. CRC Press. https://doi.org/10.1201/9781420028171.

Abdulrazzaq, Y. M., Padmanabhan, R., Bastaki, S., & Shafiullah, M. (2011). Teratogenic effects of aflatoxin B₁ in mice exposed in early and late gestation. Pediatric Research, 70(Suppl 5), 405.

Adegbeye, M.J.; Reddy, P.R.K.; Chilaka, C.A.; Balogun, O.B.; Elghandour, M.M.M.Y.; Rivas-Caceres, R.R.; Salem, A.Z.M. Mikotoksin toxicity and residue in animal products: Prevalence, consumer exposure and reduction strategies-A review. Toxicon 2020, 177, 96–108.

Agrina. (2014). Pengaruh bahan pengikat mikotoksin terhadap performa ternak dan residu aflatoksin pada produk ternak. Balai Penelitian Ternak, Bogor.

Agus, A., Karyadi, D., & Waspadji, S. (1999). Aflatoxin contamination in foods and its health implication in Indonesia. Jakarta: National Institute of Health Research and Development.

Agus, A., Böhm, J., Hulan, H.W., Wedhastri, S., & Noviandi, C.T. (2004). A survey of aflatoxin B₁ and total aflatoxin contamination in baby food, peanut and corn products sold at retail in Indonesia analysed by ELISA and HPLC. Mycotoxin Research, 20(2), 51–58.

BISAC

  • MED089000 Medical / Veterinary Medicine / General

##catalog.published##

Oktober 17, 2025

##series.series##