RISK SOCIETY DI ERA MODERNITAS REFLEKSIF: Pemikiran Ulrich Beck dan Perkembangannya

Penulis

Sri Endah Kinasih
UNIVERSITAS AIRLANGGA
##plugins.pubIds.doi.readerDisplayName## https://doi.org/10.20473/aup.1093

Kata Kunci:

teori, ilmu, sosial, modernitas, risk society

##submission.synopsis##

Buku referensi ini hadir sebagai upaya untuk menyempurnakan teori-teori ilmu sosial yang diawali dari tokoh sosiologi klasik yaitu Emile Durkheim, Karl Marx, Max Weber maupun Georg Simmel. Melalui karya-karya Georg Simmel, memperkenalkan tentang modernitas. Oleh karena itu, Simmel disebut sebagai sosiolog pertama yang membahas modernitas, dilanjutkan oleh Anthony Giddens dan Ulrich Beck.
Tujuan penulisan buku referensi sebagai wujud dari keinginan penulis untuk memahami serangkaian karya Beck yang dimulai tahun 1986 sampai 2015, kemudian dilanjutkan oleh istri dan teman-temannya. Karya-karya Beck memang sudah mulai didiskusikan oleh para ilmuwan dan bahkan penelitian-penelitian yang menggunakan perspektif Beck, menghasilkan temuan lebih mengarah pada risk society. Namun baik diskusi maupun penelitian yang mengkaji dari perspektif Beck, lebih banyak merujuk pada buku Risk Society: Towards a New Modernity dari karya Beck yang dibukukan pada tahun 1992. Diskusi maupun penelitian dari perspektif Beck, selalu berhubungan dengan risk society. Apabila kita telusuri dan menjabar pemikiran Beck, sudah dimulai sejak tahun 1986 dan telah menerbitkan karyanya yang pertama kali berjudul Risikogesellschaft. Buku ini diterjemahkan dalam bahasa Inggris pada tahun 1992 berjudul Risk Society: Toward a New Modernity dan diterbitkan kembali pada tahun 2016 yang berjudul Risikogesellschaft - Auf dem Weg di eine andere Moderne.

Unduhan

Data unduhan belum tersedia.

Referensi

Acedera, K. A., & Yeoh, B. S. (2019). ‘Making time’: Long-distance marriages and the temporalities of the transnational family. Current Sociology, 67(2), 250-272.

Aguilar, J. B., Faust, J. S., Westafer, L. M., & Gutierrez, J. B. (2020). A model describing COVID-19 community transmission taking into account asymptomatic carriers and risk mitigation. medRxiv.

Aguirre, A. (2014). Negotiating the Filipino in cyberspace: New Zealand-based Filipinos’ identity construction in social media. Auckland University of Technology.

Allmark, P., & Wahyudi, I. (2016). Female Indonesian migrant domestic workers in Hong Kong: A case study of advocacy through Facebook and the story of Erwiana Sulistyaningsih. The Asia-Pacif ic in the Age of Transnational Mobility: The Search for Community and Identity on and through Social Media, 19-40.

Anderson, B., & Shutes, I. (2014). Migration and care labour: theory, policy and politics. New York: Palgrave Macmillan.

Ardhanariswari, R., Handoko, W., & Marwah, S. (2012). Pembentukan Model Perlindungan Anak Buruh Migran di Kabupaten Banyumas. Jurnal Dinamika Hukum, 12(1), 1-14.

Arrey, A. E., Bilsen, J., Lacor, P., & Deschepper, R. (2015). “It’s my secret”: fear of disclosure among Sub-Saharan African migrant women living with HIV/AIDS in Belgium. PloS one, 10(3), e0119653.

Aryani, S. (2012). Perempuan Pekerja Rumah Tangga Migran Dalam Global Care Chain: Studi Kualitatif Tentang Pekerja Rumah Tangga Indonesia di Singapura Sri Aryani. Universitas Indonesia.

Atkinson, W. (2007). Beck, individualization and the death of class: a critique 1. The British journal of sociology, 58(3), 349-366.

Bachtiar, P. P. (2011). Migration outflow and remittance patterns in Indonesia: National as well as subnational perspectives.

Barker, D. J. P. (1992). Fetal and infant origins of adult disease. BMJ.

Bauman, Z. (1989). Holocaust and modernity. Cambridge: Polity Press.

Bauman, Z. (2012). Liquid modernity. Cambridge: Polity Press.

Beck, U. (1982a). Das Krisenbewußtsein in der Arbeitsgesellschaft. Österreichische Zeitschrift für Soziologie, 7, 39-50.

##catalog.published##

April 2, 2024

##series.series##

##catalog.categories##