Nyanyian Satu Bait bagi Kekasih

Penulis

Hendro Siswanggono Siswanggono

##submission.synopsis##

Hendro Siswanggono lahir di Sidoarjo. Telah sekian banyak
buku puisi yang dihasilkannya. Tapi tidak banyak yang mengenalnya
sebagai penyair. Tidak ada satu pun platform di Jawa Timur yang
pernah membuatkan program untuk Hendro. Ia seolah-olah memang
menulis puisi diam-diam. Dunia menulis yang dibangunnya seolaholah
sepenuhnya dunia yang pendiam, sebagaimana ia memahami doa
sebagai keheningan dan bukan jeritan atau teriakan. (Tidak semata
manusia yang bisa berdoa, batu juga berdoa).
Di usia tua Hendro, menjelang 70 tahun, tema-tema seperti
kematian, didekati dengan cara lebih dinamis, cair dan berwarna.
Dunia spiritual kian hadir sebagai pendekatan personal yang dipetakan
melalui kehidupan sehari-hari. Sebuah pepatah di sekitar “1000 jalan
menuju Roma”, bagi Hendro bukan soal 1000 jalannya, melainkan
soal Roma sebagai satu-satunya tujuan. Pada puisinya “sebuah
peta”, Hendro melihat kepercayaan seperti sebuah peta buta yang
menyediakan satu jalan ke Utara, dan dia menempuh jalan ke Selatan.
Atau pada puisinya “aku melihat”: aku melihat mitos di cakrawala, dan
bayang-bayang hidupku yang tak menentu. ketika aku mati, aku disiksa
oleh mitos itu.

Unduhan

Data unduhan belum tersedia.

##catalog.published##

August 5, 2023

##catalog.categories##