BIOTEKNOLOGI dan REPRODUKSI: Babi Ternak Andalan Indonesia Timur
Keywords:
babi, jenis babi, anatomi, fisiologi, reproduksi, endokrinologi, tingkah laku reproduksi babi, bioteknologi reproduksi, nutrisi ternak, manajemen kandang, ternak babi, penyakit reproduksi, kelainan patologi reproduksiSynopsis
Babi (Sus scrofa domestica) telah menjadi salah satu sektor utama dari industri peternakan di seluruh dunia yang memberikan sumber protein hewani yang penting bagi manusia. Sebagai hewan ternak yang efisien dalam mengubah pakan menjadi daging, babi menjadi prioritas bagi peternak dalam mencapai tingkat produktivitas yang tinggi. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, kesehatan reproduksi babi harus dipertahankan dengan baik (Lestingi, 2023).
Ternak babi merupakan salah satu komoditi ternak penghasil protein hewani yang mempunyai pernana penting dalam pemenuhan konsumsi daging. Ternak babi memiliki kemampuan reproduksi tinggi dan manghasilkan banyak anak dalam setiap kelahiran (litter size) dengan interval generasi yang singkat, dibandingkan dengan ternak lain dan sangat menarik untuk diusahakan (Ate dan Oyedipe, 2011). Seekor induk babi dapat menghasilkan anak babi dengan litter size sebanyak 12-14 ekor, dengan lama atau periode kebuntingan berlangsung selama 111-120 hari (Ardana dan Putra, 2008). Dalam beternak babi, tentunya tingkah laku ternak penting untuk dipelajari agar dapat menghasilkan hasil ternak yang diinginkan.
Pemahaman mendalam tentang sistem reproduksi babi menjadi kunci untuk
mencapai keberhasilan dalam pemeliharaan dan pembiakan hewan ini. Reproduksi yang efisien bukan hanya mempengaruhi produktivitas peternakan, tetapi juga memiliki implikasi langsung terhadap ekonomi peternakan. Namun, seperti halnya dengan semua hewan ternak, babi rentan terhadap berbagai penyakit reproduksi dan kelainan patologi yang dapat mengganggu kesehatan dan produktivitas pada babi (Racewicz et al., 2021).
Untuk memperoleh hasil yang optimal dalam menjalankan usaha ternak babi terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu ketersediaan bibit yang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas, serta tatalaksana pemeliharaan yang meliputi perkandangan, kebersihan kandang, pemeliharaan induk, anak babi, ternak babi jantan dan babi usia tumbuh serta penanganan hasil produksi. Pengetahuan tentang pola tingkah laku harian dan tingkah laku induk babi menyusui dan anak menyusu merupakan kunci dalam keberhasilan peternakan, dengan mengetahui tingkah laku babi maka kita dapat menentukan manajemen pemeliharaan yang sesuai untuk ternak babi (Siahaan, 2008).
Perkembangan industri peternakan babi bertumpu pada pengembangan peternakan/genetika, nutrisi, peternakan, dan kesehatan hewan. Penerapan teknologi reproduksi pada babi telah mencapai tingkat produktivitas yang belum pernah dicapai sebelumnya. Selain itu, babi menjadi spesies penting untuk biomedis. Pembuatan model babi untuk penyakit manusia, xenotransplantasi, atau produksi protein terapeutik untuk pengobatan manusia sebenarnya telah menghasilkan minat yang semakin besar. Maka dari itu pentingnya teknologi reproduksi yang diterapkan pada ras babi. Saat ini industri daging babi, yang merupakan bagian dari sektor teknologi tinggi dan terspesialisasi, menawarkan makanan berprotein berkualitas tinggi di beberapa negara (Joaquin et al., 2020). Aplikasi bioteknologi seperti Inseminasi Buatan (IB) telah banyak digunakan. IB merupakan teknik dalam bidang reproduksi ternak yang memungkinkan manusia mengawinkan ternak tanpa membutuhkan seekor pejantan (Fania, 2020). Teknologi fertilisasi secara in vitro (FIV) merupakan pemanfaatan limbah embrio betina (Kaiin et al., 2008). Teknik ini biasa juga dikenal sebagai aplikasi fertilisasi yang dilakukan di luar organ reproduksi. Transfer Embrio (TE) banyak digunakan untuk manipulasi embrio seperti merancang anak kembar, aplikasi tersebut juga dimanfaatkan dalam pengembangan konsep pemuliaan baru seperti memperpendek interval generasi, pengujian gen yang diinginkan dalam waktu singkat. Serta teknik sexing spermatozoa sebagai teknik seleksi jenis kelamin hewan sesuai dengan harapan peternak (Sudarmonowati, 2021).
Pengetahuan mengenai reproduksi dan teknologi reproduksi pada babi sangatpenting untuk diketahui guna meningkatkan produksi dan kualitas babi. Pengetahuanmengenai fisiologi reproduksi babi, tingkah laku reproduksi, penyakit reproduksi danteknologi reproduksi merupakan komponen penting dalam mempelajari reproduksi,pemahaman terhadap fisiologi reproduksi, tingkah laku, penyakit dan teknologireproduksi dapat meningkatkan keberhasilan dalam proses perkembangbiakan babi.
Salah satu tujuan utama produksi babi adalah untuk meningkatkan pertumbuhan otot rangka sekaligus mengurangi akumulasi lemak berlebih. Oleh karena itu, daging babi memerlukan perhatian pada pengelolaan pakan yang meningkatkan protein otot sekaligus mengurangi penumpukan lemak (De Jong et al., 2014 dan Vilan et al., 2021). Sebagian besar peternak memperoleh pakan dari sisa makanan dari tong sampah dan sisa restoran, sisa tahu dan dedak hanya diperoleh dari satu peternak. Kondisi ini terjadi karena kurangnya modal untuk membeli bahan pakan dan minimnya ilmu manajemen pakan pada ternak babi.
Pemanfaatan pakan biasanya dilakukan dengan menggunakan sumber daya alam seperti ampas sagu, batang pisang, ampas tahu, dan kulit kacang hijau. Konsekuensi dari manajemen pemberian pakan seperti uraian diatas dapat menyebabkan pertumbuhan dan produksi ternak babi rendah. Walaupun demikian kelompok peternak mitra tetap mempertahankan pemeliharaan babi dengan cara seperti itu karena sewaktu-waktu dapat dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup atau kebutuhan lain (Luju et al., 2023). Melalui usaha perbaikan manajemen pakan khususnya ketersediaan dan kualitas pakan yang memenuhi persyaratan gizi dan kesehatan, diharapkan produktivitas ternak babi yang dikelola secara tradisional dapat ditingkatkan sehingga tingkat pendapatan peternak pemelihara juga dapat ditingkatkan.
Manajemen perkandangan ternak babi merupakan aspek penting dalam industri peternakan yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam budidaya. Ternak babi memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena dagingnya yang populer di berbagai kalangan masyarakat, serta kebutuhan pasar yang terus meningkat. Oleh karena itu, pengelolaan yang baik terhadap perkandangan ternak babi sangat diperlukan untuk memenuhi permintaan ini secara berkelanjutan.
Gangguan reproduksi didefinisikan sebagai kondisi dimana fungsi reproduksi hewan jantan atau betina terganggu sementara sehingga berdampak pada menurunnya efisien reproduksi. Gangguan ini ditandai dengan efisiensi reproduksi dan produktifitas yang rendah. Dampak adanya gangguan reproduksi dapat dilihat dari tingginya service per conception (S/C), panjangnya calving interval (CI), dan rendahnya angka kelahiran yang berakibat pada penurunan pendapatan peternak.
Downloads
References
Abraham, J. (2020). Swine production and management. CRC Press.
Afiati, F., & Said, I. S. (2013). Pembibitan Ternak dengan Inseminasi Buatan. Penebar Swadaya Grup.
Amann, R. P., & Veeramachaneni, D. N. R. (2018). Cryptorchidism and associated
problems in animals. Animal Reproduction (AR), 3(2), 108-120.
Ardana, B. J. 2008. Ternak Babi. Udayana University Press. Denpasar.
Ardiansyah, R. N. (2023). Pertunjukan Adu Bagong (Babi Hutan) Di Kabupaten Garut: Studi Pelestarian Budaya Dan Tindak Pidana Penganiayaan Hewan (Doctoral dissertation, FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PASUNDAN).
Aritonang D. 1996. Babi Perencanaan dan Pengolahan Usaha. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ate, I. U. dan Oyedipe, E. O. 2011. Sow reproductive performance in institutional herds in Benue State Nigeria. Journal of Reproduction and Infertility 2(2): 24-31.
Ax, R. L., Dally, M., Didion, B. A., Lenz, R. W., Love, C. C., Varner, D. D., ... & Bellin, M. E. (2000). Semen evaluation. Reproduction in farm animals, 363- 375.
Babalola, G. O., & Shapiro, B. H. (1990). Sex steroid changes in porcine cystic ovarian disease. Steroids, 55(7), 319-324.
Baliarti, E., Ngadiono, N., & Basuki, P. Panjono. 1999. Hand Out “Managemen Ternak Potong.
Bansal, N., Roy, K. S., Sharma, D. K., & Sharma, R. (2005). Anatomical study on true hermaphroditism in an Indian pig (Sus Scrofa Domesticus). Journal of Veterinary Science, 6(1), 83-85.
Bellot, R. A., & Vogt, D. W. (1994). Heritability of susceptibility to cryptorchidism in swine. Archivos Latinoamericanos de Producción Animal, 2(1), 53-58.
Bearden, H.J., Fuquay, J.W. and Willard, S.T. 2004. Applied Animal Reproduction, 6th Edition, Pearson Prentice Hall. New Jersey.
Bhatia, S., & Goli, D. (2018). Chapter 1 History , Scope and Development of Biotechnology. England: IOP Publishing.
Blavi, L., Solà-Oriol, D., Llonch, P., López-Vergé, S., Martín-Orúe, S. M., & Pérez, J. F. (2021). Management and feeding strategies in early life to increase piglet performance and welfare around weaning: A review. Animals, 11(2), 302.
Briggs, Hilton M. 1969. Modern Breeds of Livestock. Third Edition, MacMillan Company.
Bonet, S., Garcia, E., Sepúlveda, L. 2013. The Boar Reproductive System. In: Bonet S., Casas I., Holt W., Yeste M. (eds) Boar Reproduction. Springer, Berlin, Heidelberg.
Castagna, C. D., Peixoto, C. H., Bortolozzo, F. P., Wentz, I., Neto, G. B., & Ruschel, F. (2004). Ovarian cysts and their consequences on the reproductive performance of swine herds. Animal Reproduction Science, 81(1-2), 115-123.
Chen, P. R., Uh, K., Redel, B. K., Reese, E. D., Prather, R. S., & Lee, K. (2022). Production of pigs from porcine embryos generated in vitro. Frontiers in Animal Science, 3, 826324.
Christianson, W. T. (1992). Stillbirths, mummies, abortions, and early embryonic death. Veterinary Clinics of North America: Food Animal Practice, 8(3), 623-639.
Cianciolo, R. E., & Mohr, F. C. (2016). Urinary system. Jubb, Kennedy & Palmer's
Pathology of Domestic Animals: Volume 2, 376-464.
Cvetnić, Z., Spicić, S., Toncić, J., Majnarić, D., Benić, M., Albert, D., & Garin- Bastuji, B. (2009). Brucella suis infection in domestic pigs and wild boar in Croatia. Revue scientifique et technique (International Office of Epizootics), 28(3), 1057-1067.
Dasrul, D., M. A. Yaman., & Z. Zulfan. (2013). Pemisahan spermatozoa berkromosom X dan Y kambing boer dan aplikasinya melalui inseminasi buatan untuk mendapatkan jenis kelamin anak sesuai harapan. Jurnal Agripet, 13(1), 6–15.
Dewi, G. A. M. K. (2017). Materi ilmu ternak babi. Fakultas Peternakan, Universitas Udayana. Denpasar.
Dieumou, F. and Tandzon, D., 2017. Feed management in pig production and an attempt for improvement: A case study of Babadjou locality in the Western Region of Cameroon. Journal of Applied Life Sciences International, 12(3), pp.1-9.
Duckworth, J. E., & Holmes, W. (1968). Selection for carcass length in Large White pigs. Animal Science, 10(4), 359-372.
Eddicks, M., Gründl, J., Seifert, A., Eddicks, L., Reese, S., Tabeling, R., Swam, H.,
Strutzberg-Minder, K., Ritzmann, M., & Fux, R. (2023). Examination on the Occurrence of Coinfections in Diagnostic Transmittals in Cases of Stillbirth, Mummification, Embryonic Death, and Infertility (SMEDI) Syndrome in Germany. Microorganisms, 11(7), 1675.
Eddicks, M., Gründl, J., Seifert, A., Eddicks, L., Reese, S., Tabeling, R., & Fux, R. (2023). Examination on the Occurrence of Coinfections in Diagnostic Transmittals in Cases of Stillbirth, Mummification, Embryonic Death, and Infertility (SMEDI) Syndrome in Germany. Microorganisms, 11(7), 1675.
Fania, B., Bagus, I. G. N., Trilaksana., and Puja, I. K. (2020). Keberhasilan inseminasi buatan (IB) pada sapi bali di Kecamatan Mengwi, Badung, Bali. Indonesia Medicus Veterinus, 9(3), 177–86.
Foster, R. A. (2016). Male genital system. Jubb, Kennedy & Palmer's Pathology of
Domestic Animals: Volume 3, 465.
Frandson, Rowen D., Wilke, W. Lee, Fails, Anna Dee. 2009. Anatomy and Physiology of Farm Animals 7th edition.
Frandson, R. D. (1986). Anatomy and physiology of farm animals(No. Ed. 4, pp. xvii+-560pp).
Geisert, R. D., Sutvosky, P., Lucy, M. C., Bartol, F. F., & Meyer, A. E. (2020). Reproductive physiology of swine. In Animal Agriculture (pp. 263-281). Academic Press.
Gill, A. M. dan P. B. Thompson. 1977. Studies of Growth of Red Mangrove (rhizpora mangle L.). The Adulf Root System. Biotropica 9(3):145-155.
Giuffra, E. J. M. H., Kijas, J. M. H., Amarger, V., Carlborg, Ö., Jeon, J. T., & Andersson, L. (2000). The origin of the domestic pig: independent domestication and subsequent introgression. Genetics, 154(4), 1785-1791.
Gopinathan, A., Ramesh, J., Jaishankar, S., Palanivel, N., Senthilkumar, S., & Sivakumar, T. (2015). True Hermaphroditism in a Large White Yorkshire Pig–Case Report.
Grahofer, A., Björkman, S., & Peltoniemi, O. (2020). Diagnosis of endometritis and
cystitis in sows: use of biomarkers. Journal of animal science, 98(Supplement_1), S107-S116.
Gresham, A. (2003). Infectious reproductive disease in pigs. In Practice, 25(8), 466- 473.
Gupta, V., Sengupta, M., Prakash, J & Tripathy, B. C. (2016). Basic and Applied Aspects of Biotechnology. New York: Springer International Publishing.
Hafez, E.S.E.; Jainudeen, M.R., and Rosnina, Y. 2000. Hormones, Growth Factors, and Reproduction dalam Hafez, E.S.E and Hafez, B. Reproduction in Farm Animals. 7ed.. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia.
Hafez, E. S. E. 1993. Reproduction in Farm Animal 6th ED. Lea and Febiger. Philadelphia.
Hajrah, H., Hafsan, H., Zulkarnain, Z., & Makmur, K. (2022). Pemanfaatan Bioteknologi Dalam Bidang Peternakan Untuk Peningkatan Kualitas Hewan Ternak Di Sulawesi Selatan. Teknosains: Media Informasi Sains dan Teknologi, 16(2), 261- 266.
Hassan, N., Ahmad, T., Zain, N. M., & Awang, S. R. (2021). Identification of bovine, porcine and fish gelatin signatures using chemometrics fuzzy graph method. Scientific Reports, 11(1), 9793.
Hendricks-Wenger, A., Aycock, KN, Nagai-Singer, MA, Coutermarsh-Ott, S., Lorenzo, MF, Gannon, J., dkk. (2021). Menetapkan model kanker babi yang mengalami gangguan kekebalan tubuh untuk pengembangan terapi baru dengan adenokarsinoma pankreas dan elektroporasi ireversibel. Sci. Rep. 11, 1–14. doi: 10.1038/s41598-021-87228-5
Houpt KA.2012. Domestic Animal Behavior for Veterinarian and Animal Scientist. 5th edition. Wiley Blackwell.
Hurek, D. T., Rihi, D. M., & Simarmata, Y. T. (2021). Sistem pemeliharaan ternak babi di Desa Tapenpah. Jurnal Veteriner Nusantara, 4(Supl. 2), 9-9.
Husein, N. (2019). Review on Opportunities of developing biotechnology in animal feed improvement and major constraints hinder biotechnology in developing countries. International Journal of African and Asian Studies 52, 1–9.
Ilha, M. R. S., Newman, S. J., Van Amstel, S., Fecteau, K. A., & Rohrbach, B. W. (2010). Uterine lesions in 32 female miniature pet pigs. Veterinary pathology, 47(6), 1071-1075.
Ismudiono., P. Srianto., H. Anwar., S.P. MAdyawati., A. Samik dan Erma Safitri.
Buku Ajar Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Airlangga University
Press. Hal. 11-25.
Ito, M., Macdonald, A. A., Leus, K., Atmaja, I. D. G. A., & Balik, I. W. (2017). Food preparation behaviour of babirusa (Babyrousa celebensis).
James, E. R., Carrell, D. T., Aston, K. I., Jenkins, T. G., Yeste, M., & Salas-Huetos, A. (2020). The role of the epididymis and the contribution of epididymosomes to mammalian reproduction. International Journal of Molecular Sciences, 21(15), 5377.
Jackson PGG. 2004. Handbook of Veterinary Obstetrics, Second Edition. Singapore: Elsevier.
Jehemat, A., & Pt, S. (2020). Agribisnis Ternak Babi-dari Konsep hingga Aplikasi. Penerbit Andi.
Joshi, H. M. Mathur, A..K. Mohanty, Sudarshan Kumar, J K Kaushik, T K Mohanty, Dharmendra Kumar, Sumit Kumar Singh, Vanya Bhushan, Abhishek Parashar, Preeti Bhardwaj, and Vinod Kumar Yata. 2021. Semen Sexing in Bovine: Current Status and the Need to Develop Alternative Techniques. Anmal Reproduction Update.
Kaiin, E M., Said, S., & Tappa, B. (2008). Kelahiran anak sapi hasil fertilisasi secara in vitro dengan sperma hasil pemisahan. Media Peternakan, 31(1), 22–28.
Kilgour, R. (2019). Livestock behaviour: A practical guide. CRC Press.
Kim, S. W., & Duarte, M. E. (2021). Understanding intestinal health in nursery pigs and the relevant nutritional strategies. Animal bioscience, 34(3), 338.
Kojo, R. E., Panelewen, V. V., Manese, M. A., & Santa, N. (2014). Efisiensi penggunaan input pakan dan keuntungan pada usaha ternak babi di Kecamatan Tareran Kabupaten Minahasa Selatan. Zootec, 34(1), 62-74.
Kolo, Y., Nubatonis, A., Bria, H. L., Boybana, M., Hakileu, Y. R., Bria, S. B., & Seran, F. (2024). Morphometric Analysis in Determining Body Score Index.
Koppes, EA, Redel, BK, Johnson, MA, Skvorak, KJ, Ghaloul-Gonzalez, L., Yates, ME, dkk. (2020). Model babi untuk fenilketonuria yang dihasilkan oleh penyuntingan genom CRISPR/Cas9. JCI Insight 5, 1–18. doi: 10.1172/jci.insight.141523
Lee, D. S., Lee, J. H., Park, J. Y., Lee, S. J., Kim, K. J., Kim, E. Y., & Kim, M. K. (2013). Histological and genetic characterization of true hermaphroditism in Korean pigs. Journal of Veterinary Medical Science, 75(2), 203-206.
Lestingi, A. (2023). Use of Wild Boar (Sus scrofa) as a Sustainable Alternative in Pork Production. Animals, 13(14), 2258.
Lestari, Tita D., Ismudiono. (2014). Reproduksi Ternak. Airlangga University Press.
Liu, M. H. O., Sunimbar, S., & Hasan, M. H. (2022). IDENTIFIKASI DAN ANALISIS KEARIFAN LOKAL PERBURUAN SATWA LIAR (PARAWITU) DI DESA PAPE KECAMATAN BAJAWA KABUPATEN NGADA. Jurnal Geografi, 18(2), 30-41.
Luju, M.T., Rinca, K.F., Jamin, M. and Fandi, A., 2023. Manajemen Pemeliharaan Ternak Babi di Kelurahan Tenda, Nusa Tenggara Timur. Agrivet: Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian dan Peternakan (Journal of Agricultural Sciences and Veteriner), 11(1), pp.45-49.
Mandey, F. J., Paputungan, U., & Pudjihastuti, E. (2018). Upaya Pengembangan Populasi Ternak Babi Melalui Teknik Inseminasi Buatan Diprovinsi Sulawesi Utara. ZOOTEC, 38(1), 169-182.
Mangobay. (2021, 6 September). Apakah Babirusa dan Rusa Memiliki Hubungan Kekerabatan Secara Genetik?. Diakses pada 13 September 2024, dari https://www.mongabay.co.id/2021/09/06/apakah-babirusa-dan-rusa memiliki-hubungan-kekerabatan-secara-genetik/.
McBride, G., Wyeth, G. S. F., & Hodgens, N. W. (1964). Social behaviour of domestic animals. VI. A note on some characteristics of “runts” in pigs. Animal Science, 6(2), 249-252.
McMullen, L. (2006). Sensory preferences of consumers for high pH, low pH commodity pork loins and Berkshire pork loins. Iowa State University Animal Industry Report, 3(1). of Male Duroc Pigs. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu, 12(1), 36-48.
McEntee, M. (2012). Reproductive pathology of domestic mammals. Elsevier Megid, J., Mathias, L. A., & Robles, C. (2010). Clinical manifestations of brucellosis in domestic animals and humans. The Open Veterinary Science Journal, 119-126.
Michna, S. W., & Campbell, R. S. F. (1969). Leptospirosis in pigs: epidemiology,
microbiology and pathology.
MSD Animal Health. 2020. PRRS. https://www.msd-animal-health.ie/pigs-prrs/
Naz, Z. (2015). Introduction to Biotechnology. https://www.academia.edu/10028071/Introduction_to_Biotechnology.
Mustofa, I. (2019). Ilmu kebidanan hewan.
Nubatonis, A., Warata, F. N. O., Kolo, Y., Nahak, A., Bere, Y., Seran, S., ... & Nailape, M. (2023). Penerapan Teknologi Inseminasi Buatan pada Ternak Babi Duroc di UPT Intalasi Tarus. Journal of Community Empowerment, 1(2), 82-86.
Naniwa, Y., Sakamoto, Y., Toda, S., and Uchiyama, K. (2019). Bovine sperm sex- selection technology in Japan. Reproductive Medicine and Biology, 18(1): 17–26.
Noguchi, J., Nakai, M., Kikuchi, K., Kaneko, H., & Imaeda, N. (2013). Early regression of spermatogenesis in boars of an inbred Duroc strain caused by incident orchitis/epididymo-orchitis. Journal of Reproduction and Development, 59(3), 273 281.
Oberlender, G., Murgas, L. D. S., Zangeronimo, M. G., Wouters, F., Silva, A. C.,
Mesquita, L. P., & Pereira, L. J. (2012). Testicular hypoplasia in boar: association between seminal analysis and histopatho-logy. Revta Cient. Eletr. Med. Vet, 10, 1-17.
Olsen, S. C., & Tatum, F. M. (2016). Swine brucellosis: current perspectives. Veterinary Medicine: Research and Reports, 1-12.
Parera, H., Ndoen, B., Lino, Y., & Adoe, N. (2018). Tingkat Keberhasilan Inseminasi Buatan Pada Babi Menggunakan Semen Yang Diberi Ekstrak Mesocarp Borassus? Abellifer Linn Yang Di Preservasi Selama 4 Hari Pada Suhu13° C. Partner, 23(1), 516-524.
Park, S., Kim, B., Kim, Y., Kim, S., Jang, K., Kim, Y., Park, J., Song, M. and Oh, S., 2016. Nutrition and feed approach according to pig physiology. Korean Journal of Agricultural Science, 43(5), pp.750-760.
Partodihardjo, S. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya, Jakarta.
Payne, D., O'Reilly, M., & Williamson, D. (1993). The K88 fimbrial adhesin of enterotoxigenic Escherichia coli binds to beta 1-linked galactosyl residues in glycosphingolipids. Infection and immunity, 61(9), 3673-3677.
Payne, J., Francis, C. M., Phillipps, K., & Kartikasari, S. N. (2000). Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam. Sabah Society.
Pascottini, O. B., Aurich, C., England, G., & Grahofer, A. (2023). General and
comparative aspects of endometritis in domestic species: A review. Reproduction in Domestic Animals, 58, 49-71.
Pinto, P. S., Libonati, H., & Lilenbaum, W. (2017). A systematic review of leptospirosis on dogs, pigs, and horses in Latin America. Tropical animal health and production, 49, 231-238.
Poester, F. P., Samartino, L. E., & Santos, R. L. (2013). Pathogenesis and pathobiology of brucellosis in livestock. Rev sci tech, 32(1), 105-15.
Pozzi, P. S., & Alborali, G. L. (2012). Reproductive diseases in sows (Sus scrofa
domestica): a review. Israel Journal of Veterinary Medicine, 67(1), 24- 33.
Racewicz, P., Ludwiczak, A., Skrzypczak, E., Składanowska-Baryza, J., Biesiada, H., Nowak, T., Nowaczewski, S., Zaborowicz, M., & Ślósarz, P. (2021). Welfare health and productivity in commercial pig herds. Animals, 11(4), 1176.
Rasyaf M. 2003. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta
Ryley, J. W., & Simmons, G. C. (1954). Leptospirosis Of Pigs: With Special Reference To Birth Of Dead Pigs And Neo‐natal Mortality. Australian Veterinary Journal, 30(7), 203-208.
Said, S., Agung, P. P., Putra, W. P. B., & Kaiin, E. M. (2020). The role of biotechnology in animal production. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 492, 1-8.
Schautteet, K., & Vanrompay, D. (2011). Chlamydiaceae infections in pig. Veterinary research, 42, 1-10.
Schwarz, L., Dürlinger, S., Martin, V., Weißenböck, H., Brunthaler, R., Rümenapf, T., & Ladinig, A. (2023). A single, episodic event of unilateral/bilateral scrotal swelling in a group of adult boars at an Austrian boar stud. Porcine health management, 9(1), 17.
Seidel, G. E. (2003). Sexing mammalian sperm—intertwining of commerce, technology, and biology. Animal Reproduction Science, 79(3–4), 145-156. https://doi.org/10.1016/S0378-4320(03)00162-3.
Singh, R., & Parihar, N. S. (1998). Congenital anomalies in swine male genitalia. The Indian Journal of Animal Sciences, 68(4).
Sihombing, D.T.H. 1997. Ilmu Ternak Babi. Fakultas Peternakan IPB, Bogor.
Sinaga, S., 2010. Kurkumin Dalam Pakan Babi Sebagai Pengganti Antibiotik Sintetis Untuk Perangsang Pertumbuhan. Disertasi, Program Pascasarjana, IPB. Bogor.
Sonjaya, H. (2005). Materi Mata Kuliah Ilmu Reproduksi Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin, Makasar.
Soeharsono, S., Mulyati, S., Utama, S., Wurlina, W., Srianto, P., Restiadi, T. I., & Mustofa, I. (2020). Prediction of daily milk production from the linear body and udder morphometry in Holstein Friesian dairy cows. Veterinary World, 13(3), 471.
Sumardani, N. L. G., SUBERATA, I., Artiningsih, N. M., & Budaarsa, K. (2018). Kajian Aktivitas Ovarium Babi Landrace dan Babi Bali Hasil Pemotongan di Rumah Potong Hewan Tradisional. PETERNAKAN, 81.
Thuilliez, C., Tortereau, A., Perron-Lepage, M. F., Howroyd, P., & Gauthier, B. (2014). Spontaneous testicular tubular hypoplasia/atrophy in the Göttingen minipig: aretrospective study. Toxicologic pathology, 42(6), 1024-1031.
Toelihere MRT. 1985. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Penerbit Angkasa, Bandung.
Toelihere, M. R. (1981). Inseminasi buatan pada ternak. Penerbit Angkasa.
Tummaruk, P., Kesdangsakonwut, S., Prapasarakul, N., & Kaeoket, K. (2010).
Endometritis in gilts: reproductive data, bacterial culture, histopathology, and infiltration of immune cells in the endometrium. Comparative Clinical Pathology, 19, 575-584.
Tonga, Y., Yudiastari, N. M., & Sutapa, I. G. (2022, June). Identification of Qualitative and Quantitative Characteristics of Bali Pigs in Gerokgak District, Buleleng Regency. In WICSTH 2021: Proceedings of the 1st Warmadewa International Conference on Science, Technology and Humanity, WICSTH 2021, 7-8 September 2021, Denpasar, Bali, Indonesia (p. 244). European Alliance for Innovation.
Wea, R. (2009). Performans Produksi Dan Reproduksi Ternak Babi Lokal Di Kodya Kupang. Partner, 16 (1), 21–28.
Wicaksono, G., Setia, T. M., Saribanon, N., Abhinowo, G., & Tobing, I. S. (2018). DISPERSI MAMALIA DI PULAU BUNYU KALIMANTAN UTARA. Prosiding SemNas “Biodiversitas Untuk Kehidupan”; Jakarta.
Wibisono, F. M., Wibison, F. J., Effendi, M. H., Plumeriastuti, H., Hidayatullah, A. R., Hartadi, E. B., & Sofiana, E. D. (2020). A review of salmonellosis on poultry farms: Public health importance. Systematic Reviews in Pharmacy, 11(9), 481-486.
Whitworth, KM, Rowland, RRR, Petrovan, V., Sheahan, M., Cino-Ozuna, AG, Fang, Y., dkk. (2019). Resistensi terhadap infeksi virus corona pada babi yang kekurangan amino peptidase N. Transgenic Res. 28, 21–32. doi: 10.1007/s11248-018-0100-3.
Zimmerman, J. J., Dee, S. A., Holtkamp, D. J., Murtaugh, M. P., Stadejek, T., Stevenson, G. W., Torremorell, M., Yang, H., & Zhang, J. (2019). Porcine reproductive and respiratory syndrome viruses (porcine arteriviruses). Diseases of swine, 685-708.

Downloads
BISAC
- MED089000 Medical / Veterinary Medicine / General
Published
Series
License

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.